Saturday, November 24, 2007

Freedom

You have freedom when you're easy in your harness (Robert Frost)

Setelah setahun study di Australia, selain fasilitas yg memang superior dibanding beberapa Universitas di negaraku yang aku tahu, aku memperoleh gambaran perbedaan antara dua budaya yang kadang-kadang membuat dahiku berkerut. Mulai dari gaya fashion mahasiswa yang semaunya, dosen mengajar sambil duduk di atas meja, dan sebagainya. Satu yang paling membuatku heran adalah budaya party setelah masa perkuliahan selesai dan atau setelah exam period berakhir. Secara nalar, aku maklum mungkin pesta tersebut untuk "merayakan" lepasnya beban rutinitas kuliah dan menumpuknya assignment, atau berakhirnya masa-masa saat kami harus suntuk menghapal teori, membaca jurnal dan referensi, dan menganalisa kasus untuk menjawab soal-soal yang diberikan pada saat ujian, yang sebagaimana halnya sistem pendidikan di negaraku, pada umumnya mempunyai bobot besar dalam menentukan keberhasilan mahasiswa dalam menempuh suatu mata kuliah.

Yang membuatku heran adalah ... party. Mengapa hal seperti itu harus dirayakan dengan sebuah pesta? Di kalangan mahasiswa dari negaraku, selesainya ujian akan "dirayakan" secara kecil-kecilan dengan, misalnya, menebar tawa dan senyum kemana-mana setelah sebelumnya selalu berwajah serius, lebih enjoy untuk jalan-jalan ke mall, atau paling banter dengan memasang status "Freedom" di Yahoo Messenger yang selama ini menjadi media komunikasi murah meriah di antara kami. Ya... bebas, merdeka, dan kemerdekaan adalah kata-kata yang biasa digunakan untuk merefleksikan apa yang kami rasakan pada saat itu. Dan ternyata, berapapun lebar jurang budaya di antara dua bangsa, kata-kata tersebut mengandung makna yang universal. Ketika aku mendapatkan undangan "End of Exam Party", sebuah senyum dan sepenggal kalimat mengiringi: "It's about freedom, mate". (To be continued)

No comments: